Rabu, 25 Februari 2009


KALENDER PERISTIWA SEJARAH
YANG BERHUBUNGAN DENGAN TNI
DARI TAHUN 1945 – SEKARANG
(BULAN OKTOBER)

5 Oktober

5 Oktober 1945. Pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR)

Mengingat kedatangan Inggris dan situasi mulai tidak aman, pada tanggal 5 Oktober 1945, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan maklumat pembentukan tentara kebangsaan yang diberinama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pemerintah memanggil mantan Mayor KNIL Oerip Sumohardjo ke Jakarta. Kemudian ia menerima pengangkatan dari Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta menjadi Kepala Staf Umum dan ditugasi membentuk tentara. Mulai saat itu dimana-mana dibentuk TKR untuk memperkuat ketahanan nasional.

5 Oktober 1951. Peresmian Sapta Marga Sebagai Pedoman Hidup Prajurit TNI

Pada tanggal 5 Oktober 1951, Sapta Marga diresmikan sebagai pedoman hidup dan pangamalan Pancasila dalam kehidupan prajurit TNI. Doktrin ini digunakan sebagai pedoman dalam memberikan arah, menyamakan persepsi dan wawasan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. KSAD membentuk lambaga pendidikan candradimuka untuk menanamkan dan penghayatan Sapta Marga dalam jiwa setiap prajurit. Pengembangan doktrin ini digali dari pengalaman bangsa Indonesia sendiri dan dilaksanakan secara bertahap, sedangkan doktrin asing digunakan sebagai bahan perbandingan saja.

5 Oktober 1964. Berdirinya Pusat Sejarah TNI

Pada tanggal 5 Oktober 1964, suatu badan kesejarahan di lingkungan Staf Angkatan Besenjata (SAB) didirikan dengan Surat Keputusan Menteri Koordinator Kompartemen Pertahanan Keamanan Kepala Staf Angkatan Bersenjata No. M/B/197/64. Badan tersebut diberinama Biro Sejarah SAB seperti tercantum dalam SK-nya ialah mengembangkan moril, esprit de corps, dan mempercepat integrasi mental Angkatan Bersenjata, serta memperkokoh ketahanan bangsa Indonesia bidang moril dan kejiwaan di kalangan anggota-anggotanya, dan di kalangan rakyat pejuang, bangsa Indonesia pada umumnya. Dalam perkembangannya, nama Pusjarah beberapa kali silih berganti. Baru tiga bulan setelah kelahirannya, berubah nama menjadi Pusat Sejarah Angkatan Bersenjata disingkat Pussejab. Pada tanggal 27 April 1966 diganti dengan nama Lembaga Kesejarahan Hankam (Lajarah Hankam), yang berada langsung dibawah Kas Hankam. Sesuai dengan perubahan perkembangan organisasi Dephankam, maka pada tanggal 4 Oktober 1969 Lajarah Hankam diubah menjadi Pusat Sejarah (Pusjarah) ABRI yang langsung bertanggungjawab kepada Menhankam. Pada tanggal 18 Februari 1974 Pusjarah ABRI berubah lagi menjadi Pusat Sejarah dan Perpustakaan ABRI. Dan terakhir diganti menjadi Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI dengan singkatan tetap Pusjarah ABRI sesuai dengan Keppres No. 60 tahun 1983. Seiring dengan perkembangan era reformasi, Pusjarah ABRI menjadi Pusat Sejarah TNI berdasarkan Keputusan Panglima TNI No. Kep.13/X/2001 tanggal 25 Oktober 2001 tentang Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Pusjarah TNI.

6 Oktober

6 Oktober 1945. Pengumuman Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia di Sumatera

Ketika Gubernur Sumatera Mr. T.M. Hassan tiba di Medan dari Jakarta dengan membawa berita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, sejumlah pasukan Belanda telah tiba di Medan, sehingga Proklamasi terpaksa belum dapat disiarkan. Pada tanggal 30 September 1945 di gedung Taman Siswa diadakan rapat oleh para pemuda pejuang besenjata yang berhasil mendesak Gubernur Sumatera mengumumkan kepada rakyat Sumatera, bahwa Soekarno-Hatta telah memproklamasikan kemerdekaaan bangsa Indonesia. Akhirnya pada tanggal 6 Oktober 1945 di lapangan Fukereido (sekarang lapangan merdeka) diadakan rapat umum untuk mengumumkan Proklamasi kepada khalayak ramai. Tindakan ini memerlukan keberanian, karena pada waktu itu tentara Jepang masih berkuasa dan tentara Belanda telah tiba pula di Medan.

6 Oktober 1948. Mempertahankan Ponorogo dari Serangan PKI

Peristiwa ini terjadi pada tanggal 6 Oktober 1948 ketika Kompi Mobile Brigade yang dipimpin oleh Pembantu Inspektur Polisi Abdul Rachman menduduki Desa Jenangan, tempat kedudukan pemberontak PKI yang dipimpin oleh Mayor Abdul Rachman. Dari tempat inilah PKI melakukan serangan ke kota Ponorogo. Ketika Markas pemberontak diduduki ada orang yang menyampaikan surat ditujukan kepada Mayor Abdulrachman yang sudah melarikan diri. Setelah surat dibaca, isinya tentang rencana PKI menyerang Ponorogo. Dengan diketahuinya rencana PKI ini, maka dengan persiapan yang matang Mobile Brigade mengadakan jebakan. Rupanya serangan besar-besaran itu dilakukan pada tanggal 8 Oktober 1948 dan dalam pertempuran yang hampir berlangsung hampir satu hari penuh, PKI dapat dipikul mundur dan Ponorogo dapat dipertahankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar